Senin, 14 Februari 2011

Pengertian Maulid Nabi


Banyak orang keliru dalam memahami hakikat Maulid Nabi Muhammad
Saw. Mereka, yang kami undang untuk itu dan kami dorong untuk
mengikutinya, menggambarkan Maulid Nabi itu dengan gambaran-
gambaran yang salah dengan melandaskan perkiraannya itu pada masalah-
masalah yang panjang dan diskusi-diskusi yang tidak karuan atau rancu.
Dengan acara-acara seperti itu mereka justru telah membuang-buang
waktu; begitu pula waktu yang terbuang dari para pembacanya. Itu semua
perbuatan sia-sia yang tidak ada manfaatnya, karena mereka telah
melakukan perkiraan dan pemahaman (deskripsi) yang salah.
 Berkenaan dengan Maulid Nabi ini, kami telah menulis beberapa buku dan
telah kami bahas berkali-kali secara baik-baik melalui siaran maupun
berbagai pertemuan umum. Dengan cara seperti itu, tampaklah pemahaman
dan pemaknaan kami mengenai Maulid Nabi yang mulia itu.
 Kami mengatakan, sebagaimana yang pernah kami katakan sebelumnya:
"Sesungguhnya berkumpul untuk (memperingati) Maulid Nabi Muhammad
Saw yang mulia itu hanyalah suatu kebiasaan; tidak termasuk ibadah". Inilah
yang kami yakini. Kami mengikuti dan menaati perintah Allah Swt dengan
cara demikian. Siapa pun berhak memberikan pemahaman yang ia sukai.
Sebab manusia adalah yang membenarkan dan membuktikan apa yang
dikatakannya tentang dirinya dan hakikat keyakinannya; bukan orang lain.
Dalam berbagai pertemuan kami selalu katakan bahwa "perkumpulan
dengan cara seperti (peringatan Maulid) itu hanyalah suatu kebiasaan atau
hal-hal biasa; bukan termasuk ibadah. Apakah setelah ini masih tersisa
pengingkaran dan penentangan bagi yang mengingkari dan menentang? Satu
hal yang pasti, musibah terbesar adalah bagi mereka yang tidak memahami
dan tidak mau paham. Oleh sebab itu, Imam Syafi'i berkata, "Tiada aku
mendebat orang alim kecuali aku mengalahkannya. Tetapi, tiada aku
mendebat orang bodoh kecuali ia mengalahkan aku."
 Sesungguhnya mahasiswa yang paling sedikit ilmunya mema­hami perbedaan
hakikat adat istiadat dengan hakikat ibadah. Jika ada yang berkata: "Ini
adalah suatu ibadah yang disyariatkan, lengkap dengan tata-caranya", maka
kami akan bertanya: "Mana dalilnya?" Dan jika ada yang berkata: "Ini hanya
suatu kebiasaan (tradisi)", kami katakan kepadanya: "Lakukanlah apa yang
anda sukai. Sebab, bahaya yang paling besar dan bencana dahsyat yang
kita takuti bersama adalah menggunakan baju ibadah pada sesuatu yang
dibuat-buat (bid'ah) dan tidak disyariatkan; sesuatu yang hanya merupakan
ijtihad manusia". Yang seperti inilah yang tidak kita sukai. Kita bahkan akan
memeranginya dan memperingatkan siapapun darinya.
 Alhasil, berkumpul untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw
termasuk urusan biasa atau adat istiadat; bukan ibadah. Meskipun
demikian, itu merupakan kebiasaan yang bagus dan membawa manfaat
yang banyak. Mereka banyak mengambil faedah dari kegiatan tersebut.
Kegiatan yang membawa manfaat sungguh dianjurkan oleh syariat Islam.
 Diantara perkiraan dan pemahaman keliru sebagian orang itu adalah
adanya sangkaan bahwa mereka diundang mengikuti pertemuan dalam
rangka memperingati Maulid Nabi pada malam tertentu, bukan pada tahun
lainnya. Mereka, orang-orang yang lengah itu tidak mengetahui bahwa di
Mekah dan Madinah diadakan berbagai pertemuan untuk memperingati
Maulid Nabi Muhammad Saw dengan bentuk yang tidak sama pada setiap
hari dan hari-hari setiap tahunnya; juga tidak sama dalam berbagai
kesempatannya. Siapa pun yang mengikutinya senantiasa senang dan
bergembira. Tidak ada satu malam atau satu hari di Mekah dan Madinah
kecuali didapatkan adanya pertemuan untuk (memperingati) Maulid Nabi.
 Yang demikian ini diketahui oleh orang yang mengetahuinya. Tentu saja
banyak juga yang tidak mengetahuinya. Barang siapa mengira kami
memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw pada suatu malam tertentu,
dan meninggalkan Nabi atau melalaikannya selama tiga ratus sembilan puluh
lima hari lainnya, maka sungguh ia telah melakukan dusta besar. Sungguh ia
telah berbohong dengan kebohongan yang besar.
 Itulah majelis-majelis (untuk memperingati) Maulid Nabi yang selama ini
diadakan dengan berkah karunia Allah Swt dalam semua malam dari setiap
tahunnya. Tidak ada suatu malam atau suatu hari kecuali di situ ada
pertemuan dan perkumpulan untuk Maulid Nabi. Kami mempermaklumkan
bahwa pengkhususan pertemuan pada satu malam atau satu hari tanpa
malam / hari lainnya merupakan kedurhakaan terhadap Nabi Muhammad
Saw; itu menunjukkan ketidakcintaan kepadanya. Oleh sebab itu, kaum
Muslimin dengan segala puji hanya diperuntukkan kepada Allah
memperkenankan panggilan dan ajakan kami dengan penuh antusias dan
suka cita.
Siapa pun yang menuduh kami memperingati Maulid Nabi hanya di
Madinah Al-Munawwarah, sungguh ia bodoh atau pura-pura bodoh dari
kenyataan yang sebenamya. Kami hanya mendoakannya semoga Allah
menyinari mata hatinya dan menyingkapkan baju kebodohannya supaya ia
segera mengetahui bahwa pertemuan seperti itu bukan hanya diadakan
secara khusus di Madinah Munawwarah; juga bukan hanya dilakukan pada
satu malam tertentu pada bulan khusus. Yang benar, itu terjadi secara
umum, baik dari segi masa maupun tempatnya.
 Tak ada sesuatu pun yang benar dalam pikiran
jika berjalan di siang hari saja perlu penuntun.
 Alhasil, kita tidak menyatakan bahwa pertemuan dalam rangka
memperingati Maulid Nabi pada malam tertentu sebagai perbuatan sunnah.
Barang siapa memiliki keyakinan seperti itu, ia adalah pelaku bid'ah dalam
agama. Sebab, mengingat Nabi Muhammad Saw dan bergantung
kepadanya itu mesti dilakukan pada setiap waktu dan di mana pun kita
berada; juga mesti masuk ke dalam kalbu kita. Mungkin benar bahwa pada
bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw motivasi dan alasan untuk mengajak
manusia berkumpul itu lebih kuat, sebab perasaan mereka lebih hangat
dengan saling berkaitannya masa. Mereka dapat mengingat, pada waktu
sekarang, apa yang telah terjadi pada masa-masa lampau. Mereka pun
dapat memindahkan apa yang dapat dilihat dan mengaitkannya dengan yang
tidak terlihat.
Satu hal yang pasti, pertemuan-pertemuan dalam rangka Maulid Nabi itu
merupakan media dan momentum yang sangat bagus dan tepat untuk
berdakwah, mengajak manusia kepada jalan Allah. Kesempatan emas
seperti itu hendaklah tidak dilepaskan begitu saja. Itu justru menjadi
kewajiban para pendakwah dan ulama untuk lebih mengingatkan manusia
untuk mengenali Nabi Muhammad Saw; khususnya mengenai akhlak,
keadaan, sikap beliau ketika bergaul dengan masyarakat (mu'amalahnya),
dan segala bentuk ibadahnya. Para pendakwah dan ulama hendaklah
menasihati umatnya, membimbing mereka menuju keberuntungan dan
kebahagiaan yang sebenarnya, serta mengingatkan mereka supaya tidak
terjerumus ke dalam bencana, bahaya, bid'ah, dan fitnah.

Sesungguhnya kami dengan karunia dan rahmat Allah Swt mengajak ke
jalan seperti itu dan ikut serta di dalamnya. Kepada orang-orang kami
katakan: "Pertemuan-pertemuan atau per­kumpulan tersebut bukan sekadar
bertemu dan berkumpul. Pertemuan-pertemuan itu justru merupakan
perantaraan yang sangat bagus dan tepat menuju suatu tujuan mulia ...
Barang siapa tidak mengambil manfaat dari sesuatu bag! kepentingan
agamanya, ia terhalang dari kebaikan dan berkah (dari) kelahiran Nabi
Muhammad Saw".
 Kami tidak ingin berpanjang-panjang dengan menyebutkan berbagai dalil
dan argumentasi yang kami dapatkan dan kami simpulkan berkenaan
dengan tema ini. Kami mempunyai risalah khusus mengenai tema ini dengan
judul Haul Al-'Ihtifal bi Al-Maulid Al-Nabiy Al-Syaif, "Sekitar Pertemuan
dalam Rangka (Memperingati) Maulid Nabi Muhammad Saw." 
Copas From Keluarga_Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hmmm just..

hmmm just..
Belanda

gebLog sambiL FB