Jumat, 11 Februari 2011

Kampung Pewaris Budaya

Di danau Lugu yang spektakuler di sebelah barat daya Cina, ada sebuah desa Loushi,. desa tersebut merupakan berkumpulnya etnis minoritas Mosuo yang sejauh ini telah mendatangkan turis sebanyak 500-1000 orang setihan tahunnya, yang sebagian besar adalah orang cina serta turis lainnya, mereka datang bukan untukmelihat pemandangan. Politik seksual dan letak geografisnya berbeda dengan belahan dunia lainnya. Ada hal yang unik dari desa ini yakni , laki-laki tuduk pada perempuan, dan perempuanlah yang memengang kendali. "Berada di tangan perempuan artinya berada di tangan yang terbaik" ungkap salah seorang laki-laki mosno. secara tradisi, laki-laki  tidak memiliki apapun. Uang dan tanah diwariskan dari ibu kepada anak perempuannya. Laki-laki yang bekerja keras dan berjualan , sementara perempuan yang  yang melakukan pekerjaan inti seperti pekerjaan rumah tangga, bertani dan ada juga yang bekerja sebagai pemandu wisata dan penari bagi pengunjung yang datang. Perempuan Mosuo juga memegang peranan dalam hal seksual. Setiap malam sebagian dari mereka menampilkan tarian "walking marriage" yang menggambarkan tradisi mosuo akan free love, di sekeliling api unggun. Perempuan akan mengundang pasanganya untuk bermalam. Tengah malam ia akan datang di tempat tidurnya dan pergi sebelum matahari terbit tanpa adanya ikatan. Sementara banyak praktisi mengatakan bahwa perempuan mosuo terlalu bebas, namun sistem ini pada akhirnya sering menimbulakn monogami, di mana pasangan tidak akan berbagi tanah atau properti, meski sebagian besar dari mereka berbagi tempat tidur setiap malam selama bertahun-tahun. Saat kaum.saat kaum Maois berusaha untuk memasyarakatkan nilai-nilai yang dianut pada tahun 1960an dan 1970an – mengenal perkawinan gaya barat  merebut tanah dari perempuan tidak ada satupun laki-laki yang menyetujui hal itu. Merasa tertekan, beberapa warga berusaha untuk merubah tradisi mereka tapi hal ini tidak berlangsung lama. Tradisi Mosuo telah terbakar dan terlalu dicintai. Satu-satunya jalan menuju desa Loushi adalah dengan melewati jalan yang terjal dan becek saat musim hujan. Tetapi kini dengan banyaknya  guest house, kawasan ini semakin terkenal di semua kalangan. Sekarang etnis Mosuo memiliki tradisi, dan tidak mengenal kata “perang”. “perkosa” atau “penjara” - Suatu kata yang familiar di Negara lain yang didominasi peranan tertinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hmmm just..

hmmm just..
Belanda

gebLog sambiL FB